Oleh: Arkilaus Baho
Jebolan freeport jadi penguasa suatu wilayah bukan hal baru. Bahkan itulah tali kekuatan yang di butuhkan freeport untuk tetap kokoh. Tak hanya orang-orang penting di suatu negara yang harus di rekrut perusahaan ini saja, tetapi pensiunan atau pejabat freeport pun kapan saja mereka ambil alih kekuasaan dimana saja itu sudah hal biasa. Bahkan orang merasa bangga diri bila berada di tubuh freeport. Sumber berkkat berupa dana dan akses politik hanya ada di perusahaan besar, apa lagi dunia pasar bebas saat ini kendali mainstream politik praktis ada di tangan pemodal.
Sudah banyak siluman freeport menyebar di sendir-sendiri politik rakyat. Sebut saja eks jenderal di tanah air yang bekerja bagi freeport sudah terbaktu memegang kendali stragis dan komndo militer di Indonesia. Mulai dari panglima TNI hingga danjen kopassus, sebagian dari karier para kombatan ini berawal dari mengamankan freeport. Apalagi, kali ini yang hendak ambil alih birokasi di Payakumbuh, Sumbar adalah orang kedua di jajaran manajemen freeport Papua.
Salah satu kandidat walikota Payakumbuh dari jajaran freeport, Nurhadi alias Andi memang bukan petinggi biasa di PT Freeport. Saat ini, dia merupakan orang kedua di perusahaan penambang emas tersebut. Nurhadi Sabirin pernah menemani Musliar ( wamendiknas ) yang sebelumnya rektor Unand berkunjung ke Papua. Nurhadi alias Andi memang bukan petinggi biasa di PT Freeport. Saat ini, dia merupakan orang kedua di perusahaan penambang emas tersebut, demikian tertulis pada situs padangekspres.
Lama kelamaan negeri ini terkendali oleh prajurit freeport. Jangankan Indonesia, Amerika pun sudah di susupi para monsters pertambangan yang nyatanya merusak lingkungan dan tatanan rakyat lainnya. Budaya spion perusahaan raksasa terus di kembangkan demi membangun kekuatan mutlak bagi perlindungan perusahaan selama mengeruk.
Di satu sisi, eksistensi warga luar Papua yang bernaung di bawah manajemen freeport memicu satu kisruh baru. Diskriminasi pekerja pun muncul. Ada sentimen pekerja pribumi dan pendatang. Tetapi saya mau katakan, permasalahan pekerja bukan hanya sebatas diskriminasi saja, tetapi keringat para pekerja yang di eksploitasi selama perusahaan beroperasi, tak sebanding dengan apa yang mereka ( buruh ) dapatkan.
Lebih parah lagi mereka yang bekerja untuk mengamankan freeport dengan berbagai cara. Jarang orang yang dapat untung dari Tanah Papua tak bisa terjun membangun Papua, tetapi mereka incar uang banyak-banyak untuk bawa keluar. Prilaku yang sama di jalankan freeport selama ini.
Kerajaan sumatra memang sudah kuat di freeport. Tak salah, satu per satu mereka beranjak ke panggung politik praktis seperti yang dilakukan di pemilu walikota payakumbuh ini. Entah nantinya lolos atau tidak, tetapi hubungan incumbent yang juga orang penting di tubuh freeport sangat strategis bagi upaya freeport menggenggam Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.