Pohon Sagu merupakan ciri khas danau sentani
Oleh: Arkilaus Baho
Ada saja prilaku mengadopsi kebijakan seputar Jawa lalu di terrapkan di Papua. Bagaimana tidak? Pemerintah Daerah Jayapura, yang memiliki kewenangan mengatur eko pariwisata di Danau Sentani sudah mencanangkan penanaman padi sepanjang danau sentani. Pilihannya pemerintah akan musnahkan pohon sagu yang ada untuk di jadikan sawah. Pola yang di terapkan di Jawa terus di datangkan sebagai pola yang tak pernah putus. Padahal, masih ada cara lain yang bisa di pakai untuk mengatur pesona alam Papua. Sagu sudah menjadi ciri khas bagi panorama danau sentani.
Kepada redaksi Bintang Papua ( binpa ), Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Jayapura, Ir. Ruddy Saragih memaparkan, pengembangan lahan sawah tipologi ini akan di buka di lahan sagu yang masuk kategori lahan sagu non komsumsi dan non ekonomis. “Lahan sagu ini akan di konversi menjadi lahan sawah dengan ditanami padi,” Kendati demikian lanjut dia, dinas akan tetap melakukan upaya-upaya dalam menjaga kestabilan komunitas lingkungan danau dengan kembali menanami sagu yang mengandung nilai ekonomis bagi masyarakat setempat.
Bicara soal daya serap, pepohonan sagu memiliki daya serap air yang banyak sabagai sumber bagi kelangsungan danau sentani. Daripada padi hanya mengeruk air dari danau untuk pengairan. Kontaminasi bahan kimia dari perawatan padi pun cukup meracuni ekosistem danau yang saat ini terkenal dengan festival danau. Mungkin karena semakin banyak dunia datang ke danau sentani akhir-akhir ini, pemerintah justru cari sensasi lain yang tak masuk akal, dan justru budaya menanam padi tersebut hanya bikin kotor lingkungan saja.
Bagi pemda setempat, “Pengembangan lahan padi tipologi pesisir Danau Sentani seluas 50 hektar pada tahun ini, telah di lakukan percobaan atau percontohan”.
“Sebagai contoh padi tipologi pesisir Danau Sentani kami buat di Kampung Yahim Distrik Sentani Kota. Dan ternyata berhasil, sehingga berdasarkan keberhasilan tersebut maka kami komitmen untuk kembangkan lagi".
Papua memang mulai dari tata kota sampai tata pariwisata selalu saja mengadopsi cara yang di terapkan di Jawa. Padahal cara kelola di Jawa belum tentu menjamin kelestarian dana atau apa saja di Papua yang hendak di kelola. Lihat saja tata kelola jalan di Papua yang blue print ( sampel ) didatangkan dari sulawesi dan jakarta. Model seperti perempatan di depan tokoh megah atau pusat militer berada di pusat jalan utama, itulah pola adopsi yang di terapkan di Papua.
Padahal, untuk membangun Papua, entah apa saja, mestnya apa yang terkandung di sini yang di angkat. Danau Sentani seharusnya di kelola secara baik dengan menanam pepohonan yang rindang, justru akan mempesona. Daratan eropa terkenal dengan sungai amazon yang menyimpan banyak misteri karena rindamnya pepohonan dan jarang di rusak, kenapa Danau Sentani tara bisa seperti itu kah? malah sagu di tebang untuk tanam padi. Ada ada saja praktik adopsi di Papua yang bukannya menambah suasana asri tapi "BIKIN KOTOR PEMANDANGAN!"
|
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.