Dibaca :

Rabu, 29 Februari 2012

Ketika Semua Berebut Emas


Kapal pengangkut konsentrat emas dan tembaga di pelabuhan freeport. Foto kapal berbendera negara Italia tersebut milik jurnalis Papua

Oleh: Metrotvnews.com

Pada Rabu, 22 Februari 2012 18:39 WIB
SALAH satu periode kelam yang pernah dihadapi bangsa Amerika ketika semua orang berebut hasil tambang, terutama emas. Itulah era yang mereka sebut sebagai "wild west". Siapa yang paling kuat, merekalah yang paling menguasai daerah pertambangan.

Melihat kondisi yang tidak sehat di mana orang menjadi serigala bagi yang lainnya, negara hadir untuk mengatur kegiatan penambangan. Semua hak penambangan diambil alih oleh negara. Pengelolaannya bisa diserahkan kepada individu, tetapi negara mengatur agar keuntungannya bisa dinikmati oleh seluruh rakyat.

Periode yang terjadi ratusan tahun yang lalu di Amerika, kini sedang terjadi di Indonesia. Semua orang berebut untuk menjadi penambang. Mereka ada yang bergerak atas nama perusahaan yang dikelola secara modern, tetapi ada juga individu yang bekerja secara tradisional.

Terutama penambang individual jumlahnya luar biasa banyaknya. Mereka tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Ketika terdengar kabar ada orang yang mendapatkan emas, maka berdatanganlah semua orang ke tempat itu.

Sekarang ini kita melihat penambangan emas tengah terjadi di Pulau Buru. Semua orang tergiur ketika ada orang bisa mendapatkan emas yang bisa dipakai untuk membeli sepeda motor. Penggalian bahkan dilaporkan sudah pada tingkat yang membahayakan keselamatan, karena dilakukan di lubang tanah dalam.

Di Bengkayang, Kalimantan Barat, juga sedang terjadi penambangan liar yang dilakukan oleh masyarakat. Sekarang ini bahkan sudah 700 hektare kawasan Perkebunan Kelapa Sawit milik swasta dirambah karena diperkirakan ada emas di sana.

Ketika mencapai jumlah orang yang begitu banyak memang keadaan menjadi sulit dikendalikan. Lihat saja penambang liar yang ada di Timika. Sedikitnya 10.000 orang setiap harinya mempertaruhkan nyawa mereka untuk bisa mendapatkan satu-dua gram emas yang terbuang dari pengalian tambang Freeport.

Dengan harga emas yang terus naik setiap hari, memang menjadi mudah untuk bisa mendapatkan uang Rp1 juta setiap harinya. Apalagi kemudian lapangan pekerjaan lain juga tidak tersedia cukup. Demi menyambung hidup, mereka tidak punya pilihan lain kecuali mencoba pertaruhan sebagai penambang.

Semua menjadi tergiur karena tambang mineral merupakan anugerah Yang Maha Kuasa. Kita tidak perlu menanamnya, tinggal menggali saja sudah bisa menikmatinya. Apalagi kebanyakan tambang di Indonesia berada di atas permukaan tanah, sehingga tidak sulit untuk menggalinya.

Begitu banyak cerita orang-orang yang tiba-tiba kaya raya karena bisnis pertambangan. Bahkan tidak sedikit mampu membangun korporasi besar karena dari keuntungan bisnis tambang mengembangkan usaha ke mana-mana.

Cerita seperti itu tentu membuat semakin banyak orang ingin mengikutinya. Apalagi negara tidak cukup hadir untuk mengambil keuntungan bisnis tambang itu untuk kegiatan pembangunan yang bisa menyejahterakan rakyat banyak.

Kita tidak habis pikir ketika royalti hasil tambang yang diperoleh negara jauh lebih kecil dari cukai yang dibayarkan pabrik rokok. Padahal hasil tambang yang dikeruk setiap tahun begitu besar dan menimbulkan kerusakan lingkungan yang tidak mungkin terbayarkan.

Para pemilik kuasa pertambangan bisa hidup berkemewahan, namun negara tidak mampu mendapatkan hak yang mencukupi untuk bisa menyejahterakan rakyat yang lebih banyak. Padahal konstitusi menegaskan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di dalam perut Bumi dimiliki negara dan dipergunakan untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Seperti ketika Pemerintah Amerika Serikat hadir untuk menghentikan penguasaan pertambangan oleh pribadi-pribadi, Pemerintah Indonesia harus juga segera mengembalikan hak pengelolaan tambang kepada negara. Pengelolaan pertambangan harus dilakukan secara baik agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Lebih dari itu, hasil pertambangan harus lebih banyak masuk ke kas negara agar bisa dipakai untuk membangun negeri ini.
Sekarang ini kegiatan pertambangan hanya dinikmati segelintir kecil masyarakat. Akibatnya, negara gagal untuk bisa memberikan pekerjaan yang memadai bagi rakyat yang lebih banyak. Ketika negara gagal memberi pekerjaan tidak usah heran apabila mereka mencari pekerjaan lain termasuk menjadi penambang liar.

Kondisi yang terjadi sekarang ini harusnya membuka mata pemerintah untuk segera berbuat banyak. Potensi konflik sangatlah besar karena semua merasa berhak untuk menikmati kekayaan alam yang ada. Kita sudah melihat apa yang terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat, ketika semua orang berebut untuk bisa menikmati tambang emas yang ada di sana.

Kita tidak sedang hidup di era "wild west". Kegagalan kita untuk mengelola kekayaan alam dengan lebih baik akan membawa kita mundur jauh ke belakang. Kita akan menjadi masyarakat yang barbar di zaman yang modern. Kita harus berupaya jangan sampai itu terjadi!
Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.